Wavy Tail

PERANAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN

 Karakteristik Pendidikan Islam

A. Definisi

            Karakteristik berasal dari kata "characteristic" yang berarti sifat yang khas. Atau bisa diambil pengertian bahwa karakteristik adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan yang lain. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri khusus dari suatu hal. Ciri yang dapatdijadikan pengenal akan suatu identitas. Satu-dua ciri sangat mungkin samadengan hal lainnya, tapi jika semua ciri dibandingkan maka akan terlihat jelasperbedaannya. Dengan kata lain karakteristik dapat dijadikan pedoman dalam mengenali (mengidentifikasi) sebuah hal atau fenomena.Sedangkan Pendidikan Islam menurut M. Yusuf Al-Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.Dari definisi diatas, pendidikan Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Jadi Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain tentang proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

B. Karakteristik Pendidikan Islam


          Dalam penjabaran definisi di atas dapat kita lihat dengan jelas perbedaanyang mendasar antara pendidikan dan pendidikan Islam. Perbedaan inilah yangnantinya akan tersirat secara gamblang dalam pelaksanaan masing-masingmetode pendidikan. Di bawah ini merupakan karakteristik dari pendidikan Islam yang diambil dari berbagai sumber.

   a.)Pendidikan yang Tinggi (Sakral)Pendidikan Islam bersumber langsung dari Allah swt. melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kata lain, pendidikan Islam merupakan sebuahproses mengenal dan pengakuan secara nyata atas Allah swt. Prosespendidikan Islam adalah sebuah proses dimana seorang manusiaberhubungan langsung dengan penciptanya. Definisi pendidikan yangdiutarakan oleh Hasan Langgulung semakin menjelaskan bahwa pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai kesakralan yang disebabkan hubungan manusia dengan Tuhannya. 

  b.)Pendidikan yang SeimbangPendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu sisi pendidikan saja,tapi juga membangun manusia secara seimbang (utuh), akal dan hatinya,jasmani dan rohaninya. Keseimbangan yang tercipta merupakankeseimbangan hidup dalam menjalankan aktivitas dunia tanpamengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Begitu juga sebaliknya,seimbang dalam menjalankan aktivitas yang berorientasi akhirat tanpamelupakan aktivitas dunia.

   c.)Pendidikan Yang RealistisPendidikan Islam berjalan secara jelas dan nyata terhadap kehidupan dalam masyarakat. Realistis terhadap segala aspek kehidupan, baik yang bersifat sosial ataupun bersifat ilmiah. Dikatakan menurut Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syabani, pendidikan Islam bersifat realistis dan jauh dari khayal serta berlebih-lebihan. Praktis dan realistis dengan fitrah manusia, sejalandengan suasana serta sesuai dengan kesanggupan manusia baik secaraindividu ataupun masyarakat.Contoh nyata akan ciri realistis ini sudah banyak dijumpai. Anggapan akan ajaran Islam yang tidak dapat diterima dan tidak dapat aplikasikankembali dipatahkan oleh manusia sendiri. Dijelaskan oleh Rina Novia,bagaimana Rasulullah telah menjadi guru yang sangat hebat dan telahmencetak banyak murid yang hebat pula. Metode-metode yang digunakan Rasulullah pada saat itu nyatanya masih sangat applicable pada zaman sekarang ini, bahkan tidak dapat digantikan. Krisis yang terjadi saat ini padadunia anak-anak kita telah dapat dijawab oleh Islam jauh sebelumnya.

    d.)Pendidikan yang Komprehensif dan IntegralKomprehensif memeliliki pengertian luas dan lengkap. Sebagai ajaran yang komprehensif, menurut berbagai sumber, Islam memiliki beberapakarakteristik yang dapat dijadikan landasan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.Pertama, Islam merupakan ajaran (pendidikan) yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat geografis yang membatasimanusia selama ini. Jarak dan letak tidak menjadikan Islam sebagai ajaran yang ditujukan hanya untuk sekelompok orang saja, melainkan untuk seluruhumat manusia di segala penjuru dunia.Kedua, Islam sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya akanterus berlaku sampai kapan pun. Islam akan terus menjadi pedoman hidup manusia, akan terus berlaku di zaman apapun.Ketiga, Islam sebagai ajaran yang integral, mencakup seluruh aspekkehidupan manusia. Islam berbicara dari masalah yang paling pribadi hinggakemasyarakatan dan kenegaraan. Masalah sosial, hukum, sains, ekonomi, dari adab melakukan kegiatan sehari-hari hingga kepermasalahan politik nasionaldan internasional. Islam berbicara tidak hanya masalah ideologi saja, tetapi juga seluruh segi kehidupan manusia. Ajaran Islam merupakan ajaran yang tidak terputus antara yang satu dengan yang lainnya. Terdapat hubungan yangkuat dan koneksi yang jelas dalam semua ajaran Islam.

    e.)Pendidikan yang BerkontinuitasKontinu di sini memiliki arti dilakukan terus-menerus tidak hanyauntuk mendapatkan sesuatu yang baru tapi juga mengembangkan dan memanfaatkan apa yang telah diperoleh.Dalam pendidikan Islam, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu.Sebuah keharusan bagi seorang manusia untuk terus memperdalam ilmunya,tidak hanya melalui bangku pendidikan, justru tantangan itu akan jauh lebih besar ketika seorang manusia tiba di tengah-tengah masyarakat. Tantangantidak hanya untuk terus mengembangkan keilmuan tetapi juga untukmendayagunakan bagi kehidupan.

  f.)Pendidikan yang GlobalSebagai agama yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapatditerima oleh semua suku, golongan, ras, dan bangsa. Hal ini tidak terlepasdari karakteristik pendidikan Islam yang lainnya. Dengan karakter pendidikan Islam sebelumnya menjadikan pendidikan Islam sangat mudah diterima oleh semua golongan tidak hanya zaman dahulu, sekarang, ataupun yang akan datang.

  g.)Pendidikan yang Tumbuh dan BerkembangIlmu-ilmu pengetahuan yang seluruhnya bersumber pada Al-Qur’andan As-Sunnah belum sepenuhnya dapat diungkap oleh manusia, keterbatasanmanusia menjadi salah satu penyebabnya. Namun disanalah yang membuatpendidikan Islam akan terus tumbuh dan berkembang. 
      Dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, akan terus bermunculan penemuan-penemuan baru,teori- teori baru, sebagai bentuk pendidikan Islam yang tidak pernah berhenti untuk tumbuh dan berkembang.Karakter yang terdapat pada diri pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas posisi pendidikan Islam diantara jenis pendidikan-pendidikan yang lainnya. Namun dengan melihat kondisi yang ada saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi pendidikan Islam, dimana tantangan tersebut tidak hanya yangbersifat internal namun juga yang datangnya dari luar Islam sendiri. Tantangan-tantangan tersebut harus mampu dijawab setiap elemen yang ada dalampendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi.Dengan perhatian yang serius, pendidikan Islam nantinya, dan agama Islam dalamartian secara luas, dapat diterima oleh semua orang di muka bumi ini.



Manajemen Berbasis Sekolah

A. Dasar dan Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.


        Manajemen Berbasis sekolah merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut juga dengan otonomi sekolah (school autonomy) atau site-based management (Beck & Murphy, 1996). Sejalan dengan belakunya otonomi daerah dalam dunia pendidikan, MBS atau school-based management (SBM) menuntut terjadinya perubahan dalam manajemen sekolah. Karena itu, pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada sekolah tersebut, atau sekolah diberikan kewenangan besar untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini.Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau madrasah sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota
   [1]Pada prinsipnya MBS bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
    [2]MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. peningkatan efisiensi, antara lain, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah. peningkatn pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.Dalam MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu seperti anggaran, personel, dan kurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada di tingkat pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/ kota. 
       Dengan pemberlakuan MBS diharapakan setidaknya dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, yaitu: 
     1. Mendorong kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih baik. 
  2. Dapat lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
   3. Dapat mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi tanggung jawab sekolah dan masyarakat.

    Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
    1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;
  2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
   3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orang tua, pemerintah tentang mutu sekolah atau madrasah;4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.



B. Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah



      Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:
     1. Fokus pada mutu.
     2. Bottom-up planning and decision making.
     3. Manajemen yang transparan.
     4.Pemberdayaan masyarakat.
     5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan.
    Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus difahami yaitu:
    1. kekuasaan;
    2. pengetahuan;
    3. sistem informasi; dan
    4. sistem penghargaan.         
        Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orangtua siswa. Seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.
       Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen yang dikontrol pusat ke MBS. Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan:
      1. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan orangtua siswa.
    2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya
      3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah. 
            Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.Pengetahuan yang penting harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:
     1. Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah,
     2. Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control, self assessment, school review, bencmarking, SWOT,dll)Sistem Informasi Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut warga sekolah dapat mengambil peran dan partisipasi. Disamping itu ketersediaan informasi sekolah akan memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah. Infornasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan dengan: kemampuan guru dan Prestasi siswa.Sistem Penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah, yaitu guru, karyawan dan siswa


.Kepala Sekolah Sebagai Manajer

      Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan  untuk mencapai tujuan (McFarland, 1979).
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama yang kooparatif, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan sehat yang membuahkan kerjasama (coopetition). Maksudnya ialah dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua stakeholders sekolah.
Kedua, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Sebagai manajer kepala sekolah harus mampu meningkatkan profesi tenaga kependidikan secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya, memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan. Kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban dan asas integritas.
Azas tujuan, bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan dasar tenaga kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan kesempatan bagi kepala sekolah selaku pemimpin untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan tersebut. Kemampuan untuk menyampaikan dan menanamkan tujuan merupakan seni yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.
Asas keunggulan, bertolak dari anggapan bahwa setiap tenaga kependidikan membutuhkan kenyamanan dan harus memperoleh kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan penghargaan pribadi. Kepuasan mengandung makna penerimaan keadaan seperti apa adanya, sehingga ketidakpuasan merupakan sumber motivasi yang dapat menggerakkan tenaga kependidikan untuk menutupi ketidakpuasan tersebut dan mencapai kepuasan yang diinginkan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha untuk mengembangkan budaya kerja dan ketidakpuasan kreatif.
Azas mufakat, dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menghimpun gagasan bersama dan membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif dalam melaksanakan tugasnya.
Azas kesatuan, dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha untuk menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya pengembangan sekolah. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada tenaga kependidikan terhadap sekolah tempatnya melaksanakan tugas.
Azas persatuan, kepala sekolah harus mendorong tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan sistem imbalan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. Dalam konsep kontemporer dikenal dengan istilah kompensasi berbasis kinerja.
Azas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan atas nilai dan angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan. Oleh karena itu, data dan informasi yang memuat semua komponen sekolah memegang peranan yang sangat penting.
Azas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban dengan para tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat dilaksnakan dengan lancar. Hal ini dimungkinkan karena keakraban mendorong berkembangnya saling percaya dan kesediaan untuk berkorban di antara para tenaga kependidikan.
Azas integritas, kepala sekolah harus memandang bahwa peran kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Integritas merupakan kejujuran dan upaya mencapai suatu langkah tindakan yang telah ditetapkan secara bertanggung jawab dan konsisten.
Sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.
Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan dalam: (1) pengembangan program jangka panjang, baik program akademis maupun non-akademis, yang dituangkan dalam kurun waktu lebih dari lima tahun;  (2) pengembangan program jangka menengah, baik program akademis maupun non-akademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun; (3) pengembangan program jangka pendek, baik program akademis maupun non-akademis yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS) dan Anggaran Biaya Sekolah (ABS). Dalam pada itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara periodik, sistemik dan sistematik.
Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan susunan personalia sekolah dan personalia pendukung, seperti pengelola laboraturium, perpustakaan dan pusat sumber belajar (PSB); serta penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti panitia penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian dan panitia peringatan hari-hari besar keagamaan.
Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman (punishment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas. Disamping itu, kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah, yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana dan prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan dan pengembagan program peningkatan profesioanlisme.

.===================================================================SUmber :http://sosioakademika.blogspot.co.id/2015/10/karakteristik-pendidikan-islam-seiring.htmlhttps://amcreative.wordpress.com/manajemen-berbasis-sekolah/
https://hartonounipa.wordpress.com/2012/04/05/kepala-sekolah-sebagai-manajer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar